
Bos BCA hingga Bos Bank INA Prediksi BI Bakal Naikkan Suku Bunga, Kenapa?
Sejumlah bankir memprediksi Bank Indonesia atau BI akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja, memperkirakan bank sentral akan menyesuaikan bunga acuan di kisaran 25 – 50 basis poin.
Hal tersebut, kata Jahja, jika BI melihat nilai tukar rupiah terkoreksi cukup besar.
“Menyesuaikan dengan kenaikan Fed rate yang mulai naik bertahap 0,50 persen mungkin sampai 6 kali lagi,” kata Jahja ketika dihubungi, Ahad, 15 Mei 2022.
Namun begitu, ia optimistis bahwa kenaikan suku bunga BI tidak akan terlalu berdampak terhadap penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Jahja menyebutkan kinerja kredit KKB dan KPR BCA akan sangat tergantung dari kalkulasi harga yang ditentukan oleh emiten bank dengan kode saham BBCA tersebut.
“Tergantung pricing kami karena KPR merupakan kebutuhan masyarakat,” ujar Jahja.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. Daniel Budirahayu.
Ia memproyeksikan BI bakal mengerek suku bunga acuan pada kuartal tiga atau empat tahun ini.
Daniel pun berharap kenaikan BI7DRR tidak terlampau tinggi agar pertumbuhan kredit sesuai target.
“Harapan kami, kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) agar pertumbuhan kredit dapat tercapai sesuai dengan rencana pemerintah,” kata bos bank yang berkode saham BINA tersebut, Ahad, 15 Mei 2022.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, sebelumnya resmi mengumumkan kenaikan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin untuk menekan lonjakan inflasi di negara tersebut.
Jika perkembangan ekonomi dan keuangan sesuai dengan ekspektasi ke depan, The Fed pada pertemuan berikutnya diperkirakan bakal menaikkan bunga lagi sekitar 50 bps.
Average Rating