
Mengenal Good Death, Konsep Kematian yang Baik
Beberapa orang yang meninggal bisa dikatakan memiliki kematian yang baik atau good death.
Apa maksudnya? Konsep menemukan makna hidup saat seseorang di ambang kematian adalah tema umum dalam novel maupun film.
Dilansir dari Medical News Today, beberapa penelitian mencoba mendefinisikan dan membahas tentang good death.
Menurut laporan Institute of Medicine, good death adalah ‘bebas dari tekanan dan penderitaan yang dapat dihindari pasien, keluarga, dan perawat, serta secara umum sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga, dan cukup konsisten dengan standar klinis, budaya dan etika’.
Sementara itu, tim peneliti dari Sam and Rose Stein Institute for Research on Aging di University of California-San Diego School of Medicine memutuskan melakukan tinjauan literatur guna mengungkap makna good death.
Mereka memfokuskan penelitian mereka pada tiga kelompok, yaitu pasien, anggota keluarga ketika sebelum dan selama berkabung, serta penyedia layanan kesehatan.
Hasilnya, tim menemukan 11 elemen inti yang perlu dipertimbangkan ketika merenungkan kematian yang baik, antara lain: Di antara tiga kelompok yang diteliti, kategori yang dianggap paling penting adalah preferensi untuk proses kematian tertentu (94 persen), bebas rasa sakit (81 persen), dan kesejahteraan emosional (64 persen).
Tetapi, terungkap perbedaan tertentu antara kelompok.
Misalnya, dalam hal agama dan spiritualitas, seperti bertemu pendeta, memiliki keyakinan, dan menerima kenyamanan agama atau spiritual tampak secara signifikan lebih penting untuk definisi good death oleh pasien daripada anggota keluarga atau petugas kesehatan.
Dilansir dari LA Times, tema itu diangkat oleh 65 persen pasien, tetapi hanya 59 persen petugas kesehatan dan 50 persen anggota keluarga.
Anggota keluarga lebih peduli dengan gagasan tentang martabat .
Martabat di sini didefinisikan sebagai dihormati sebagai individu dan memiliki kemandirian.
Gagasan martabat adalah elemen penting dari good death dikemukakan oleh 80 persen anggota keluarga, tapi hanya 61 persen petugas kesehatan dan 55 persen pasien.
Bagi orang yang sekarat, kekhawatirannya tentang kematian tampak lebih bersifat psikologis dan eksistensial, bukan fisik.
Dari hasil penelitian ini, tim peneliti mengajak orang-orang untuk memperhatikan gejala fisik pasien.
Sangat penting membahas tema psikologis, sosial, dan spiritualitas dalam sistem perawatan akhir hayat pasien untuk menciptakan kematian yang baik.
AMELIA RAHIMA SARI
Average Rating